TEMPO.CO, Jakarta - Selandia Baru mengumumkan status darurat nasional untuk ketiga kalinya dalam sejarah, Selasa, 14 Februari 2023 ketika badai Gabrielle menyebabkan banjir yang meluas, longsor dan gelombang besar lautan, memaksa evakuasi dan membuat orang terdampar di atap-atap rumah.
Penerbangan-penerbangan yang dibatalkan menelantarkan ribuan penumpang, sementara ratusan ribu orang hidup tanpa listrik.
“"Tingkat keparahan dan luasnya kerusakan yang kita sedang lihat belum pernah dialami dalam satu generasi," kata Perdana Menteri Chris Hipkins dalam konferensi pers pada Selasa.
Australia dan Inggris telah menjanjikan dukungan, tambahnya.
Pada pukul 6 sore, Gabrielle bergerak ke arah tenggara Auckland, dekat pantai timur North Island, dan diperkirakan terus bergerak ke arah tenggara, kira-kira sejajar dengan pantai. Peringatan-peringatan cuaca tetap berlaku untuk sebagian besar pantai timur North Island dan di atas South Island.
Sekitar 225.000 orang hidup tanpa listrik, sementara puluhan supermarket tutup. Hipkins menyerukan warga Selandia Baru untuk tidak panik membeli pasokan.
Kieran McAnulty, menteri manajemen kedaruratan, mengatakan bahwa meskipun Selandia Baru kini melewati yang terburuk dari badai tersebut, lebih banyak hujan dan angin kencang diperkirakan akan terjadi. Negara ini sedang menderita banjir yang meluas, longsor, dan kerusakan jalan dan infrastruktur, tambahnya.
Perusahaan-perusahaan transmisi di seluruh negara melaporkan kerusakan pada gardu induk dan jaringan listrik.
Evakuasi
Pihak berwenang telah mengevakuasi permukiman-permukiman pantai dan terus menyersukan orang-orang untuk meninggalkan rumah mereka karena sungai-sungai terus meluap dan gelombang besar membanjiri properti-properti di pantai.